COMPATRIOT

THAT'S ME

Foto saya
Andri..... Seorang anak desa dari Temanggung, karena berbagai hal dia pernah merantau ke Semarang, Bali, n Banjarmasin untuk mencari segenggam ilmu dan sesuap nasi... Tertarik dengan kisah saya? CP. +6285640072496...

GANDHEM MAREM WONTEN TEMANGGUNG BERSENYUM....

Latest News

EXOTIS BLACK "AYAM CEMANI"

Posted by Andri Setya on Jumat, 21 November 2008 , under | komentar (0)




Penampilannya serba hitam: mulai dari paruh, bulu, kaki, taji, hingga cenggernya berwarna hitam. Bahkan, kalau dipotong, dagingnya juga hitam. Begitu juga dengan tulang belulangnya. Itulah ayam cemani, salah satu variasi paling sensasional keturunan dari kerabat ayam kedu -salah satu galur ayam lokal, bukan ras (buras) -yang banyak dicari orang.
Ayam cemani disebut juga "ayam kedu", karena berkaitan dengan tempat penangkarannya di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Jawa Tengah. Kota kecamatan berhawa sejuk itu dikenal sebagai tempat beternak yang cocok bagi ayam kampung berbadan gempal dan tahan penyakit itu. Dan itu sudah berlangsung puluhan tahun.
Ayam kedu yang sering dikonteskan itu, menurut sebuah telaah, berasal dari keturunan ayam kampung yang dibeli dari daerah Gunung Sumbing. Ayam ini cukup besar dan diduga hasil silangan liar antara ayam Inggris yang diboyong orang pada era Raffles berkuasa (1811-1816). Kala itu, konon ada orang Inggris yang membawa dua ekor ayam betina dan seekor jantan asing, yang diduga termasuk jenis ayam ternak Dorking. Mereka dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, ayam-ayam itu menyeleweng dan berbaur dengan ayam kampung setempat. Dari keturunannya lebih lanjut terciptalah ayam lokal unggul. Oleh masyarakat setempat ayam ini yang disebut sebagai ayam kedu. Sementara telaah lain menyebutkan ayam hitam milik Tjokromihardjo bukanlah asli ayam kedu. Sebab ia merupakan hasil kawin silang antara ayam kampung hasil belian dengan ayam australorp, yang penyilangannya dilakukan sendiri oleh pemiliknya.
Ayam cemani bila dibandingkan dengan ayam kampung lainya memiliki potensi produksi yang lebih baik namun sampai saat ini perkembangannya tidak menggembirakan bahkan bila tidak segera ditangani dikhawatirkan dapat mengalami kepunahan cara pemeliharaan ayam cemani tidak berbeda dengan budidaya ayam kampung lainya, ayam dilepas siang hari dan malamnya dikandangkan. Peternak ayam cemani memelihara ayam dengan tujuan dimanfaatkan daging dan telurnya (dual porpose) Ayam cemani jantan dewasa bisa mempunyai berat 4 Kg dan ayam betina 3 Kg dengan rata-rata berat 1,5 - 2 Kg. Ayam cemani betina bertelur pada umur 5 bulan dengan berat rata 50-60 gram dan produksi telur kurang lebih 25 butir tiap periode.


Ayam hitam yang juga dijuluki dengan ayam kedu itu sering digunakan untuk hal-hal yang sifatnya magis dalam upacara ritual. Misalnya untuk upacara pelarungan, ruwatan, serta pembangunan pabrik, jembatan, atau gedung-gedung bertingkat. Tak cuma itu. Ayam cemani juga sering dijadikan syarat untuk penyembuhan orang sakit, yaitu untuk yang sakit aneh atau sakit dalam. Kadang untuk syarat pengobatan bagi orang yang sakit akibat disantet" .
Menurut Karkono Partokusumo Kamajaya, pemerhati sastra Jawa dan penerjemah Serat Centhini, pemakaian ayam cemani untuk upacara-upacara ritual itu hanya untuk perlambang. Orang Jawa memang merasa tak lengkap kalau tak ada perlambang itu. "Tapi saya tak perlu menangisi andaikan penggunaan ayam cemani dihilangkan dari hal-hal yang sifatnya magis itu. Bukankah itu adat yang dibuat manusia?".
Sebenarnya, kehadiran ayam cemani di Kedu tak disengaja. Konon, menurut legenda, sebelum lahirnya kota Temanggung, adalah seorang pertapa sakti, Ki Ageng Makukuhan, yang menggemari ayam serba hitam dan hanya paruhnya yang berwarna putih. Pada suatu hari, saat bersemadi di sebuah kuburan keramat di daerah Kedu, Ki Ageng Makukuhan mendapatkan wangsit untuk mengobati penyakit anak Panembahan Hargo Pikukuh bernama Lintang Katon, dengan ayam itu. Entah bagaimana caranya, akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Akhirnya, ayam berwarna serba hitam kesayangan Ki Ageng Makukuhan itu dijadikan lambang kesembuhan Perkembangannya pun di luar dugaan. Hasil perkawinan sesama ayam hitam itu menghasilkan ayam hitam total, berbeda dengan induknya. Kalau ayam kedu hitam, mulutnya masih putih. Maka akhirnya ayam jenis baru itu dinamai ayam cemani. Dalam bahasa Sanskerta, cemani artinya hitam legam.
Sampai sekarang banyak orang yang datang ke Kedu untuk mencari ayam cemani. Tak mengherankan jika harganya ikut melonjak. Itu merangsang masyarakat setempat untuk beternak dan mengembangkan ayam cemani. Berkat ayam cemani pula, anak masyarakat Kedu rata-rata bisa menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi.